Materi : Peristiwa Konflik Bedsasarkan Ideologi : Darul Islam / Tentara Islam Indonesia (DI/TII)
Gerakan DI/TII Jawa Barat
Ideologi yang dibawa DI/TII adalah ideologi
agama islam. Bermula Kartosuwirjo yang melakukan pertemuan dengan 160
organisasi islam se Jawa Barat di sebuah tempat di Tasikmalaya pada bulan
Pebruari 1948 dan mengambil keputusan
membentuk negara islam yang akan
menyelamatkan NKRI dari perjanjian Renville. Berdasarkan kesepakatan,
Kartosuwirjo dijadikan sebagai Pemimpin Perjuangan dan Tentara Islam Indonesia
(TII) hasil peleburan dari Hizbullah dan Sabilillah dibentuk.
Kartosuwirjo kemudian
memproklamirkan keberadaan Negara Islam Indonesia (NII) sebagai cikal bakal
DI/TII pada tanggal 7 Agustus 1949, bertepatan saat Perdana Menteri Moh Hatta
mengikuti Konferensi Meja Bundar. Kartosuwirjo mengumumkan susunan Dewan
Imamahnya atau kabinet yang dipimpin oleh Kartosuwirjo.
Awalnya, gerakan ini hanya diatasi secara persuasi
saat kepemimpinan Natsir dibulan September 1949. Namun gerakan ini melakukan
pemberontakan sehingga perlu dilakukan operasi militer. Operasi militer
dilakukan dengan mengerahkan Kodam Siliwangi dengan membuat Operasi Wilayah
Gerak, Tanah dan Godam untuk melumpuhkan pasukan Kartosuwirjo.
Sejak tahun 1960 DI/TII mulai
diisolasi dengan operasi Pagar Betis dengan bantuan Masyakarat, dan pada bulan
Juni 1962, Kartosuwirjo ditangkap oleh pasukan Siliwang pada operasi
Barathayuda di gunung Geber, Majalaya, Jawa Barat. Kartosuwirjo kemudian
diadili dan dijatuhi hukuman mati sehingga pemberontakan DI/TII di Jawa Barat
dapat dipadamkan
Gerakan DI/TII Jawa Tengah
Gerakan DI/TII di jawa tengah di
dalangi oleh Amir Fatah. Amir Fatah merupakan salah satu pimpinan pasukan Hizbullah. Awalnya terjadi ketegangan antara Amir Fatah
dengan pasukan TNI. Ketegangan semakin memuncak setelah terjadi pertemuan
antara utusan Kartosuwirjo dengan Amir
Fatah. Amir Fatah memproklamirkan terbentuknya Negara Islam Indonesia (NII) di
Tegal, Jawa Tengah pada tanggal 23
Agustus 1949, dan menyatakan bergabung dengan kompotan Kartosuwirjo.
Gerakan DI/TII Amir Fatah sempat mendapatkan
tambahan kekuatan dari Laskar Angkatan Umat Islam (AUI) dibawah pimpinan Kiai
Machfudz Abdurrahman pimpinan Pesantren Sumolangu yang tewas karena melawan
pasukan Ahmad yani di kawasan Gunung Selok, Cilacap. Namun karena kurangnya dukungan dari
masyarakat membuat perlawanan gerakan ini cepat berakhir dan pada bulan
Desember 1951 Amir Fatah menyerah.
Pemberontakan juga dilakukan oleh
Batalyon 426 divisi Diponegoro yang tentaranya berasal dari laskar Hizbullah.
Walaupun dianggap membahayakan,
Pembeorntakan ini tidak berlangsung lama dan berhasil ditumpas dengan
dibentuknya Operasi Merdeka Timur.
Gerakan DI/TII Sulawesi Selatan
Gerakan ini dipimpin oleh Letnan
Kolonel Kahar Muzakkar. Pada masa perang
kemerdekaan, Kahar Muzakkar berjuang dalam perang kemerdekaan dan menjadi Komandan
resimen Hasanuddin yang bermarkas di Yogyakarta. Namun, terjadi perselisihan
pendapat terkait persoalan Komando Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) yang hendak
dibubarkan oleh pemerintah, namun anggota KGSS meminta agar seluruh KGSS
dijadikann sebagai tentara APRIS dengan nama Brigade Hasanuddin.Tuntutan ini
ditolak oleh pemerintah dan Kahar Muzakkar memilih berontak bersama pasukannya.
Tanggal 17 Agustus 1953 Kahar
Muzakkar menyatakan diri sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia
Kartosuwirjo. Pemberontakan ini
berangsung cukup lama dan pemerintah RIS menggelar operasi Tumpas.
Pemberontakan berakhir pada tahun 1965. Ada versi yang menybutkan Kahar
Muzakkar tewas tertembak, namun ada juga yang menyebutkan bahwa Kahar Muzakkar
tertangkap dan dijatuhi hukuman Mati. Namun terlepas dari itu, beberapa versi
menyebutkan sebagian masyarakat Sulawesi Selatan menganggap bahwa Kahar
Muzakkar bukanlah seorang pemberontak. Bagaimanapun, disinilah kita berusaha
untuk memahami, bahwa perjuangan memang benar-benar memerlukan pengorbanan yang
tidak sedikit.
Gerakan DI/TII Kalimantan Selatan
Perjuangan masyarakat Kalimantan
Selatan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia tidaklah kecil. Namun,
permasalahan terjadi ketikda adanya penataan ketentaraan yang dilakukan oleh
pemerintah pusat, dan tidak mendapatkan posisi yang sesuai dengan keinginan
mereka. Penagkapan pasukan mantan anggota ALRI terjadi karena beberapa
diantaranya ada yang menghasut mantan anggota ALRI yang lain untuk memberontak.
Diantaranya adalah Letnan Dua Ibnu
Hajar yang cukup disegani dan banyak mengumpulkan anggota yang merasa kecewa
terhadap pemerintah. Ibnu Hajar membentuk Kesatuan Raykat Indonesia yang
Tertindas(KRIyT) dan melakukan tindakan-tindakan pengacauan. Tahun 1954 Ibnu
Hajar bergabung dengan Kartosuwirjo dan mendapatkan jabatan Panglima TII
Kalimantan. Konflik terus berlangsung bertahun-tahun. Akhirnya pada tahun 1963,
oleh beberapa sumber menyebutkan ibnu Hajar tertangkap, dan kemudian dijatuhi
hukuman mati. Sedangkan pengikutnya melarikan diri ke pegunungan.
Gerakan DI/TII Aceh
Pemimpin gerakan DI/TII di Aceh
adalah Tengku Daud Beureuh. Pada saat perang kemerdekaan, Daud Beureuh
merupakan Gubernur militer wilayah Aceh dan juga pemimpin Persatuan Ulama
Seluruh Aceh (PUSA). Namun setelah perang kemerdekaan, status Aceh diturunkan
menjadi karisidenan dibawah provinsi Sumatera Utara. Hal ini membuat Daud
Beureuh dan para ulama Aceh kecewa dan menganggap pemerintah tidak menghargai
perjuangan masyarakat Aceh.
Pemerintah Pusat melalui Wakil
Presiden M Hattta (1950), Perdana Menteri M Natsir (1951) dan Soekarno (1953)
kemudian berupaya menyelesaikan permasalahan tersebut dan datang langsung ke Aceh, namun mengalami
kegagalan. Akhirnya tahun 1953 Daud Beureuh menyatakan diri bergabung dengan
Kartosuwirjo.
Konflik antara pengikut Daud Beureuh dengan
tentara RI terjadi beberapa tahun. Akhirya pemerintah RI mengakomodasi dan
menajdikan Aceh sebagai daerah istimewa dibidang agama, adat dan pendidikan
pada tahun 1959, dan Daud Beureuh kemudian turun gunung setelah syariat islam
dijanjikan dilaksanakan di Aceh.
Demikian materi
tentang gerakan-gerakan yang terkait ideologi agama yang dilakukan oleh
sekolompok orang sebagai dasar untuk melakukan pemberontakan terhadap pemerintah.
Pada dasarnya, semua pihak menganggap dirinya benar, namun untuk kepentingan
persatuan Bangsa, maka diambillah jalan yang dianggap terbaik agar tidak
terjadi disintegrasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mementingkan
kepentingan pribadi maupun golongan.
Post a Comment for "Materi : Peristiwa Konflik Bedsasarkan Ideologi : Darul Islam / Tentara Islam Indonesia (DI/TII)"
Silahkan tinggalkan komentar...
diharapkan gunakanlah kata-kata yang sopan...
Komentar yang mengandung spam dan semacamnya akan di hapus
terima kasih